Pages

Wednesday, 20 May 2015

Karangan Cerita

Hai2..?? kenalin, nama saya Dian Sulistio, mungkin biar lebih akrab bisa panggil saya Iyaan. 
Saya sangat suka menulis, dan bercita2 banget bisa jadi penulis, maaknya saya coba2 mulai dengan buat blog ini, hehe. 
Oiya,Bulan lalu ada event lomba karangan cerita nasional yang di adain sama MPK, dan saya coba2 buat ikut. Yaa begitulah, saya baru pemula dan memang pertama kalinya ikut lomba, jadi saya baru bisa jadi peserta aja, belum bisa jadi Finalis, apalagi pemenang, hehe.. :p
Cuma disini syaa mau share apa yang saya bisa kasih. Yaitu cerita saya. Semoga cerita ini bisa jadi inspirasi juga. Slamat membaca, Tuhan memberkati^^

Mata-ku Mata Sahabat-ku
Dian Sulistio
Aku merasa gelisah ketika aku tidur, aku tak tau mengapa. Aku terbangun dan mengubah posisi tidurku ke posisi duduk. Setelah kupandangi jam yang tergantung di dinding, aku baru sadar dan terkejut karna waktu sedang menunjukan pukul 02 : 35 pagi. “Hooaamm.. Jam berapa sih ini? Huuhh ya Tuhan? Tidak jauh berbeda dengan hari sebelumnya, minggu ini selalu saja aku terbangun karna tidurku yang kurang nyenyak.” Aku mencoba untuk tidur kembali, namun selalu saja mataku seakan tak mengizinkanku untuk menutupnya.

Karna sangat sulit untuk mencoba tidur kembali, aku memutuskan untuk melihat keluar kamarku. Aku membuka kedua bilah jendela kamar secara perlahan dan seketika itu juga aku merasakan deru angin yang begitu kencang. Selama aku tertidur dikamar, aku tidak menyadari bahwa kedaan diluar sedang hujan. Hujan diluar cukup besar.Air berjatuhan secara bergantian seakan ingin melepaskan kegelisahannya diudara. Ditambah lagi suara petir yang menderu membuat suasana hujan semakin terasa.

Aku kembali kekamar, dan melihat isi kamarku yang tidak terlalu besar. Diiringi dengan suara hujan mengalun, aku mengambil jaket yang ada dilemariku. Aku duduk di meja belajar yang biasa aku gunakan untuk saat teduh, membaca dan menyusun kegiatanku sehari-hari. Aku membuka laci mejaku dan melihat-lihat isinya. Aku memilah setiap isinya dan memperhatikan setiap benda yang ada didalamnya. Ada sisir,kaca,gunting kuku,bedak,tisu, juga terdapat majalah-majalah dan alat-alat penting didalamnya.

Aku mengambil salah satu majalah yang ada didalam laciku. “Waahh? Ini kan? Ini kan majalah yang kucari – cari selama ini.“ Ujar ku begitu senang nya saat menemukan majalah tersebut. Di sampul bagian depan majalah tersebut terdapat tulisan besar  “fotografer potrait kehidupan terbaik, Lolita Violina”  .

 Aku pun mulai membuka lembar demi lembar yang ada , seakan lupa kalau sebelumnya aku sangat ingin tidur. Aku bersandar pada bangku, dan merenung. Seketika itu juga aku teringat akan masa lalu ku, masa dimana aku masih belum mengerti siapa itu Tuhan, apa itu kasih, dan bagaimana mengasihi.

Saat itu, aku masih duduk dikelas 2 SMA, tepatnya di SMA Krisnamurti 1 Kalianda. Kala itu aku sangat  sering berkumpul dengan teman-teman satu kelompok, yang dapat disebut dengan gang. Ya, begitulah. Kelompok kami adalah kelompok yang benar-benar arogan, kami sangat ekslusif dan sangat tertutup dengan orang-orang diluar kelompok kami. Kami selau memandang rendah orang lain, karna pada umumnya yang ada di anggota kelompok kami adalah orang-orang yang cukup berada dibandingkan dengan yang lain.

Suatu hari, aku dengan kelompokku hendak makan seusai sekolah. “Oi? Mau makan dimana kita? ” ajak Rika , salah satu dari kelompok kami. “ Yaudah sih, cuma mau makan aja pusing lho. Beli tinggal beli aja kok,kaya gak punya duit aja. ” Sahut ku dengan nada yang sombong.  “ Yaudah lah dimana aja ,” sahut  Angga dan Denny, hampir bersamaan. Lalu kami memutuskan untuk makan di Kantin sekolah.

Kami turun dari kelas kami yang berlantai dua. Disana aku melihat seorang laki- laki yang sedang duduk ditangga sambil mengerjakan sesuatu. “ Heh..?! minggir-minggir, ngapain lu disini, hah? Gua mau lewat. Ngerti gak lu? “ , aku membentaknya dengan kasar sambil megacakan pingang . “Maa.. Maaf, saya sedang menggambar  disini.” Jawab nya dengan canggung dan muka yang terihat takut. “Lagian siapa sih lu? Kayanya juga baru ini gua liat elu, ” tanya Angga sambil bersandar di tembok. “Iya, saya baru saja pindah ke sini, saya Dega Unggawianta di kelas 11 IPA 2 “Jawabnya sambil menunjukan kelas yang ia tempati.Dan Rika pun ikut membentak seperti yang lain. “Sekarang yang penting lu minggir deh, kita orang mau lewat ! .“

Belum sampai disitu saja. Begitu kejamnya aku, sampai – sampai gambarnya yang sudah hampir jadi itu aku tarik dengan paksa, dan aku menyobeknya sampai menjadi beberapa bagian.“Sini..! sini kertasnya. Cepet ! “ aku menarik kertas yang ada pada tangannya dengan sepenuh tenagaku.“Jangannn..  Itu berharga buat ku, itu gambar yang ingin aku jadikan dokumentasiku di sekolah ini.Tolong jangan dirusak” Dega benar – benar memohon pada ku sambil mempertahankan kertas nya sebisa mungkin. Karna aku begitu memaksa,akhirnya gambar  tersebut aku dapatkan, dan aku pun menyobek kertas tersebut didepan nya, tepat didepan mukanya sambil mengatakan “ ini gambar lu? Ya ampun gambar kayak gini aja penting? Heleeh ! .“  Yang lain hanya dapat memperhatikan sikap ku yang benar – benar tidak baik tersebut.  

Aku dan teman- teman sekelompokku pergi meninggalkan Dega di bawah tangga tersebut. “Dah lah ayok pergi , jadi makan gak? “ ajak ku kepada teman – teman seakan tak terjadi apa-apa. “ Yaudah lah ayok,” ajak Rika kepada teman – teman yang lain. Aku tak mengerti tentang apa yang Dega pikirkan, tapi aku begitu heran. Dega tidak melawan ku maupun teman-tamanku. Padahal kami begitu kasar padanya. Bahkan dia selalu menjawab dengan lembut setiap pertanyaan kami. Sambil berjalan ke arah Kantin sekolah, aku melihat apa yang Dega lakukan. Dega mengumpulkan kertas yang telah aku sobek-sobek, terlihat bahwa gambar itu memang sangat berharga untuk nya. Lalu ia pulang mengenakan sepedah tua nya.

Keseharianku kulakukan seperti biasa. Aku melakukan setiap hal sesuka hatiku, begitu pula dengan yang aku lakukan kepada Dega. Aku selalu saja melontarkan kata-kata yang kurang baik kepadanya saat bertemu. Tapi, tidak pernah sekalipun dia membalas kelakuanku. Bahkan, dia selalu memberikan senyuman terbaiknya saat bertemu denganku, walaupun setelah itu aku pasti memaki nya. Aku semakin tak mengerti. Mungkin anak itu benar- benar sudah terbiasa melakukan hal baik dalam hidupnya.

Banyak pertanyaan yang muncul dibenakku minggu – minggu ini setalah kejadian di tangga waktu itu. Aku selalu berfikir akan hal tersebut, bahkan terbawa sampai aku sampai dirumah. Sambil meremas bantal yang aku pegang dikamar aku mengeluh dan bicara sendiri “huuuhh, jengkel ! , gara-gara tu anak, gua mau ngapangapain jadi gak konsen. Makin muak aja gua jadinya . Tapi kalo dipikir-pikir, gua salah gak sih kayak gitu sama dia? “ . Aku merenungkan nya kembali, dan aku sedikit demi sedikit mulai sadar akan apa yang telah aku lakukan padanya. Tapi tetap saja aku mengeraskan hatiku untuk merubah sikapku yang kurang baik tersebut.

Sampai suatu hari, aku begitu shock dan sangat terpuruk karena aku mendapat kabar bahwa ayah ku mengalami kebangkrutan , bahkan ayah ku dililit hutang perusahaan yang menumpuk dalam skala yang sangat  besar. Ayahku datang dan berkata padaku  “ Lolita, kita harus pindah nak,”  “ apa pa? Pindah? Kenapa? ,“  aku bertanya dengan bingung.  “ pap.. pappa, dapat masalah di perusahaan , sayang. Maafin papa, “ayahku menjelaskan nya dengan perlahan.

 Karna aku masih belum mengerti dan bingung, aku terus bertanya kepada ayah ku  “ Maksud papa apa sih? , Lolita gak ngerti pa. Memang masalah nya apa? Memang ga bisa diselesaikan? Kenapa sih pa? Kenapa ?.“  Ayahku meletakan kedua tangan nya ke pundakku dan sambil menangis, ayah ku berkata “ ayah bangkrut, ayah tidak bisa berbuat apa – apa lagi, nak. Bahkan ayah punya  hutang yang begitu banyak, oleh karna itu ayah harus menjual rumah kita untuk mengganti  sebagian dari hutang yang kita miliki , maaa...” , “ kenapa sih?! Terus nanti kita gimana? Kita mau tinggal dimana? Mau makan apa nanti kita pa?! “ , belum sampai ayah selesai menjelaskan nya kepada ku, aku sudah menyela ayah. Aku melepaskan tangan ayah ku, dan pergi meninggalkannya.

Aku benar – benar tidak tau harus bagaimana. Aku sudah terbiasa degan materi yang selama ini aku miliki, dan tentu saja itu aku dapatkan dari pekerjaan ayahku selama ini. Sekarang ayahku sudah bangkrut, dan aku tidak dapat lagi menikmati segala hal yang biasanya aku nikmati. Aku berlari dan meninggalkan rumah sambil menangis  “ Aarrgghhh..!! , aku gamau kaya gini, aku gamau kehilangan semuanya , aku gamau .“  Aku pergi keluar rumah dan aku dapat menenangkan diri akan apa yang telah terjadi.

“Oh iya, jam berapa nih? Dari tadi aku keasyikan liat – liat majalah, sampe lupa waktu  begini ,“  aku melihat  jam dindingku kembali dan sekarang waktu telah menunjukan pukul 03 : 15 pagi .“ Waaaduh? Kayak nya aku musti tidur deh, udah jam segini , besok ada acara penting, jadi aku musti tepat waktu . Tuhan, makasih udah ingetin aku buat tidur , hehe. Semoga besok bisa bagun tepat waktu dan gak telat ,“ aku pun menutup jendela kamarku lalu kembali ketampat tidurku . Aku mengambil bantal yang ada didekatku, lalu aku berdoa dan mengucap syukur untuk semua hal yang telah aku alami hari ini. Setelah itu aku mengambil selimut dan pergi tidur.

“Lolita? Bangun nak, udah siang.Kamu gak lupa kan kalo hari ini hari yang penting?,“ pagi – pagi sekali ibu ku telah membangunkan ku. “ Aduh ma, emang ini jam berapa sih ma? Hhooaamm, masih ngantuk nihhh,“ aku masih terlihat mengantuk dan menyelimutkan tubuhku kembali dengan selimut. “Aduh kamu ini, coba tuh liat jam dulu,“ ibu ku mencoba mengigatkan ku kembali. “waduhhh, udah jam 7? Aku belum siap – siap lagi ma. Gimana nih? ,“ aku sangat terkejut dan terlihat panik, saat  melihat jam dinding di kamarku. “ Tuh kan, tadi apa mama bilang? Ada – ada aja anak mama. Yaudah, cepet mandi sana, acaranya masih jam 10 kok nak ,“ mama ku menenangkan ku sambil tersenyum dan mengelus kepalaku. “ Tapi nanti mama bantuin aku pilih baju ya ma? Oiya, dandanin aku juga, hehe ,“ aku merayu mama ku sambil mengambil handuk dan beranjak mandi. “Iya Lolita sayang, sana mandi dulu, “ mama ku tersenyum.

Aku sudah siap untuk berangkat ke acara yang benar- benar aku tunggu. Aku lupa menjelaskan bahwa acara itu adalah pembukaan pameran fotografiku untuk yang pertama kali. Didalam perjalanan, aku melewati sekolah SMA lamaku, SMA Krinamurti 1 Kalianda . Aku kembali teringat akan kenangan ku semasa SMA.

“ Temen – temen ,  gua musti gimana? gua dapet masalah, ayah gua bangkrut sekarang. Gua bingung ,“ sambil menangis aku mencoba menceritakan masalah ku kepada teman – teman sekelompokku. Aku beranggapan bahwa jika aku menceritakan masalah ini kepada teman- teman ku, aku dapat merasa lebih lega,namun yang aku dapatkan justru kekecewaan. “Apa  bangkrut? Terus lu gimana? Mana bisa nanti lu ikut nongkong- nongkrong sama kita lagi? ,“ Rika menjawab dengan tatapan yang tidak mengenakan. “ Bener juga yang lu bilang Rik,kalo ayah tu anak bagkrut kan dia dah gak punya uang buat seneng- seneng,” Sela Denny yang mendukung pernyataan Rika. “Kok kalian gitu sih sama gua? Gua kira kalian bisa ngerti permasalahan gua. Tapi kalian malah kaya gini “ , aku mengangis didepan teman-temanku. Aku kira selama ini mereka mengasihiku dengan tulus, ternyata mereka mengasihiku sebatas materi dan derajat yang aku punya. “Hah? Apa lu bilang? Ngerti? Yaampun yang bener aja lagi, lagian apa yang musti kita orang ngerti? Setau kita ya lu dah gabisa lagi main sama kita orang ,“ Rika dengan tega mengatakan hal tersebut kepadaku. “ Yaudah lah ta, udah jelas kan ? “ Denny menambahkan lagi, sedangkan Angga hanya memperhatikan Rika dan Denny. “ Gua bener- bener gak nyangka kalian bakalan ngomong kayak gitu , ternyata memang lu orang gak sebaik yang gua kira. Gua bener – bener kecewa “ , suasana hatiku semakin hancur dan tak menentu akibat kenyataan yang aku terima seperti ini.Sambil menangis, aku pergi meninggalkan mereka.
Aku pergi ke atap sekolahan dan menangis disana. Aku menangisi semua yang telah terjadi padaku. 
Dan disaat itu pula, aku bertemu dengan Dega. “Kamu Lolita kan? Kamu kenapa? ,“ Dega tiba – tiba datang dan bertanya  kepadaku dengan peduli. “Ngapain sih lu kesini? , pergi !  Tinggalin gua sendiri ! “ , aku membentak nya. “ Aku tau, kamu pasti ada masalah kan? Coba cerita, gapapa kok ,“ Dega tetap saja memperhatikanku walaupun aku membentaknya. “ Gua capek, semua temen – temen gua tinggalin gua, ayah gua bangkrut, rumah gua baru aja dijual, puas lu dengernya? ,“  aku menjawabnya dengan penuh kesedihan dan Dega menenangkan ku “ Jangan nangis lagi ya? Tuhan pasti punya rancangan dibalik ini semua, gak semuanya tinggalin kamu kok.Tuhan Yesus selalu ada buat kamu. “ “Lu kenapa sih bisa baik sama gua kayak gini? Padahal gua selalu aja ngelakuin hal yang gak baik sama lu, “ aku bertanya kepada Dega. “Tuhan selalu mengajarkan kepada kita untuk saling mengasihi, siapa pun itu. Karna itu aku mau belajar untuk mengasihi, “ Dega menjelaskan nya kepadaku. “Gua beryukur bisa ketemu sama lu, Tuhan mau tegor gua melalui elu. Mungkin gak pantes banget  tapi, mau gak lu jadi temen gua?, “  aku bertanya kepada Dega. “ Kenapa enggak? “ Dega menjawab nya dengan senyuman manis.

Mulai saat itu aku dan Dega berteman dengan akrab.Bahkan, kami telah menjadi sahabat. Sedikit demi sedikit aku telah berubah.Aku mulai merubah cara hidupku,cara bicaraku,aku mulai mengenal apa itu arti kasih melalui Dega. Bukan hanya itu, aku sekarang mau pergi beribadah .Aku bisa mengenal pribadi Tuhan Yesus, dan aku tau bahwa Yesus itu adalah kasih. Sebelum nya, aku masih sangat membenci teman-temanku.Setiap bertemu mereka aku benar- benar merasa sangat tidak bisa memaafkan mereka.Namun , karna aku sudah mengerti apa itu kasih, hubunganku dan teman – teman mulai dipulihkan dan Dega juga dapat berkumpul dan bermain bersama kami. Mulai saat itu kami semua bisa saling terbuka dengan masalah yang sedang kami hadapi juga saling bahu membahu untuk mencari jalan keluar dari masalah tersebut.

Suatu ketika, aku dan Dega membicarakan soal impian dan cita-cita kami. ”Ta? Selesai SMA kamu mau gimana? “  Dega bertanya kepadaku. “ Aku tertarik di dunia fotografi ga, dan dari semua yang aku punya, tinggal kamera ini yang tersisa.Kamu sendiri gimana?” Aku menjelaskan kepada nya sambil menunjukan kamera yang aku miliki. “Wah, bagus tuh ta. Boleh ni liat-liat hasilnya? Kalo aku sih mau jadi pelukis, hehe ,“ dia mencoba melihat hasil foto ku. “ Duh, aku masih belajar ga, aku belom jago. Ouwh gitu, lagian gambar kamu memang bagus kok ga. Soal yang waktu itu , aku minta maaf banget ga. Aku..”  belum sampai selesai menjelaskan, Dega memotong pembicaraanku  “udah, ngapain itu dipikirin mulu? Lagian gambarnya udah aku selotip kok, hehe. Sekarang gini aja deh. Kamu musti janji sma aku, kamu harus berhasil jadi fotografer  terbaik, gimana? .“ “ Oke, aku janji aku bakalan jadi fotografer  terbaik, dan kamu juga harus jadi pelukis terbaik” aku langsung berdiri dan mengucapkannya dengan semangat. “Okee, siapa takut? Pokonya aku gamau ketemu sama kamu sebelum kamu berhasil.” Aku selalu mengingat kata-kata itu sampai sekarang.

Mulai dari situ, kami sering berlatih bersama untuk menggapai cita-cita kami.”Eh, liat nih ta lukisan aku,” Dega memperlihatkan lukisan yang baru dibuatnya. Gambarnya sangat  bagus dan setelah kuperhatikan itu adalah lukisan wajahku. “Lho eh? Itu kok mirip aku?,” dengan malu aku bertanya kepadanya.“Memang iya,” Dega meledek ku.” Curang ya? Aku juga bisa, sini foto,” sambil bercandaria aku memotretnya. Dan hapir setiap hari kami bersama-sama berlatih dan bergurau.

Tiba- tiba saja Dega berubah entah kenapa. “ Ga, kita latihan ditempat biasa yok? Aku bawa bekal ni hari ini,” aku mengajak Dega dengan semangat. “Sory, gua gak bisa,” jawab Dega dengan tidak mengenakan. “ Kamu kenapa sih ga? Kok kayanya hari ini kamu beda banget? ,“ aku bertanya dengan bingung. “ Udahlah , mulai sekarang gak usah cari-cari gua lagi, gua males,” dia berkata dengan seriusnya, sambil pergi meninggalkanku. “ Dega, tunggu! Kamu kenapa sih? Kamu belom jelasin ada apa? ,“ aku mencoba mengejar dan meminta penjelasan darinya. “Udah lah! ,“ dia melepaskan tanganku dan tetap pergi menjauh dariku.

Aku mencoba untuk mencari tau, aku mencoba untuk meminta maaf. Tapi, tetap saja Dega tidak menjelaskan kepadaku ada apa dan mengapa. Malahan, ia berubah tidak seperti Dega yang biasanya. Semenjak saat itu Dega memiliki tatapan sinis terhadap ku, dia selalu menghindar dariku. Aku mulai jenuh padanya karna setiap usaha yang kulakukan tidak digubris sedikitpun olehnya.”Oke ga kalo caru kamu kaya gitu sekarang, aku gatau apa maksud kamu kaya gitu. Aku udah coba buat minta maaf dan lakuin segala cara, tapi kayanya ini semua gak ada artinya lagi. Aku gak ngerti, aku benci sama kamu! ” Aku mengatakan hal itu kepada Dega di depan kelasnya sambil menagis dan meninggalkannya disana.

Kian hari aku benar – benar membenci dirinya. Aku melakukan hal yang sama seperti yang ia lakukan pada ku, aku tidak pernah mau melihatnya , apalagi menyapanya. Bahkan jika aku bertemu dengannya, aku akan mamalingkan wajahku.
Mulai dari saat itu aku lebih sering sendiri. Suatu hari, aku dimintai tolong oleh seorang guru untuk mengambil kuas di gudang sekolah. “Waduh, ada di atas lagi kuasnya. Kalo loncat nyampe kali ya? ,“ aku berusaha mengambil kuas yang ada di atas rak dengan meloncat . “Duh susah amat sih, huppp...” Dan tanpa ku sadari,ternyata diatas rak terdapat kaleng tiner yang belum ditutup “AAAAaaaaa...!!!! panass, mataku panasss! Tolong! Tolong! Mataku ,“ aku berteriak kesakitan kerena mataku terkena tumpahan air tiner tersebut. “ Yaampun Lolita kamu kenapa? Bu , pak tolong! Mata Lolita terkena cairan keras, “ aku mendengar  pak Gusmanto meminta bantuan untukku, lalu aku pun segera dilarikan kerumah sakit.
Aku tidak tau berapa lama aku di rumah sakit. Aku terbangun dan merasakan mata ku tertutup oleh perban. “Nak, kamu sudah sadar? Jangan banyak gerak dulu,” aku mendengar  suara ibuku. “Ma,aku dimana? Mata aku gimana? Udah bisa dibuka  belum perban nya? .“  Aku begitu bingung dan memaksa orangtuaku membukakan perban yang melilit mataku ini, dan akhirnya dokter membukakan perban ku.”Lho ma? Pa? Kok gelap sih?,” aku semakin bingung, terdengar suara tangis ibu didekatku. “Ma? Aku ini kenapa? Aku gabisa liat ! ini kenapa? Gelap ! AAAaaa.. “ Aku menangis dan berteriak semakin kencang dirumah sakit. “ Lolita, jangan nangis lagi ya nak? ,“ ayahku menguatkan ku. “Tapi kenapa jadi kaya gini?! Aku gamau! “ aku menagis semakin kencang dan memberontak. 

Tak lama, dokter menjelaskan apa yang telah terjadi kepadaku, dan itu mebuat hatiku semakin terpukul. Sekarang mataku buta akibat air keras yang mengenai mataku, aku tidak dapat melanjutkan mimpiku sebagai fotografer karna aku sudah tidak dapat melihat lagi.
Hanya ada pilu di hatiku. Aku bertanya- tanya kepada Tuhan, apakah ini yang disebut kasih Bapa kepada anak-Nya? . “ Tuhan? Kenapa sih aku harus mengalami hal ini? Apa ini cara Mu mengasihi ku? , aku sudah mencoba untuk berubah tapi kenapa harus seperti ini yang aku alami? Aku gabisa Tuhan, “ aku menangis dan mengungkapkan isi hatiku kepada Tuhan. Sekarang satu – satu nya yang dapat aku lakukan adalah menangis dalam kegelapan yang aku hadapi. 

Dokter mengatakan kebutaan ku ini dapat diatasi jika ada orang yang mau mendonorkan matanya kepadaku, dan aku tau bahwa itu tidak mungkin.
Setiap harinya aku merenung dikamar, aku tidak tau pasti apa yang kulakukan karna aku tidak dapat melihat apapun. Aku selalu berangan – angan, bagaimana aku dapat melanjutkan mimpiku ini, aku sesekali berfikir adakah yang mau mendonorkan matanya untuk ku? , dan saat itu pula aku menangis.

Dibulan ke-3 saat aku mengalami kebutaan ini,aku mendapatkan hal yang tak kusangka-sangka. “Lolita?! Nak?! Ya Tuhan,akhirnya kamu sebentar lagi dapat bisa melihat kembali nak. Ada yang mau mendonorkan matanya untuk kamu.Bukan hanya itu, biaya oprasi nya pun pendonor itu tanggung semuanya .” Ibuku begitu bersemangat menceritakan hal ini kepadaku, dan aku benar- benar terkejut dan tak mampu berkata banyak, “hah? Mama gak bercanda kan?” “mama serius nak, ayo sekarang kita kerumah sakit,” ibuku menjelaskan dengan tegas, dan kami pun segera berangkat ke Rumah sakit.

Aku segera melakukan operasi pendonoran tersebut, dan operasi selesai setelah berjalan selama 3 jam lebih. Namun, aku baru dapat membuka perban setelah 3 hari.
Dan hari itu pun tiba.Perban yang menutupi mataku itu akhirnya dibuka secara perlahan. “Ya Tuhan. Aku bisa kembali melihat, Trimakasih Tuhan ternyata aku telah salah menilai Mu.” Seketika itu juga aku menangis dan bersujud sementara ayah dan ibuku ikut menangis dan memelukku. Aku benar-benar merasa bersalah karna sempat meragukan Tuhan yang aku punya.Saat itu aku sangat bertanya-tanya, siapakah sebenarnya orang yang telah mendonorkan mata nya untuk ku? Aku sangat beryukur Tuhan telah mengirimkannya kepadaku, dan aku ingin tau bagaimana keadaannya sekarang.

Lalu aku menanyakannya ,“ma? Pa? Aku seneng banget, mana orang yang udah donorin mata nya buat aku? Terus gimana dong keadaan dia sekarang? Siapa orang nya? Aku mau ketemu ma,” “mama gabisa kasih tau nak, mama udah janji sama orang itu kalau mama ga bakal kasih tau, karna dia gamau kamu tau.” Ibu ku tidak mau memberitahunya.Karna aku begitu mendesak ibuku, akhirnya ibuku menjelaskan semuanya “Oke, mama jelasin semuanya.Waktu itu kamu pernah bilang kalo Dega tiba-tiba berubah dan jauhin kamu kan?” “iya ma terus apa hubungan nya?,” aku menjawab.”Sebenarnya, Dega melakukan itu karna dia gamau kamu sedih, dia gamau kamu kehilangan dia karna sakit kanker jantung yang dia punya.Dan saat dia mendengar kabar akan apa yang terjadi padamu, dia segera megajukan dirinya untuk melakukan hal ini.Padahal disaat dia melakukan pendonoran, keadaannya akan semakin memburuk, tapi dia tetap teguh untuk melakukan hal ini.Tapi, saat ini kamu gabisa lagi ketemu sama Dega sayang.” Ibuku menjelaskan kepadaku dengan jelas sambil terlihat begitu sedih.”Tapi kenapa ma? Kenapa sih dari awal gaada yang kasih tau aku? Diwaktu terakhirnya aku malah benci sama dia, aku gapantes dapet donor ini darinya,” “Sayang, jangan gitu nak, jangan sia-siain apa yang udah sahabat kamu lakuin,dia melakukan hal itu karna dia sayang sama kamu,dan kamu adalah sahabatnya.Dia sudah tau akan keadaan dirinya, sehingga dia berani melakukan ini untuk kamu dan cita-cita kamu.” Ibuku pun memeluku dan menguatkanku.

Sejak saat itu, aku bangkit dan aku mulai mengejar cita-citaku dengan serius.Setiap lomba, setiap event, dan setiap kesempatan tidak ada yang aku sia-siakan begitu saja.Hingga saat ini aku dapat berdiri di tempat ini, yaitu pameran pertamaku.Aku bersyukur karna Tuhan telah mengirimkan Dega, tanpa nya aku tidak mungkin bisa sampai disini. Trimakasih Tuhan Yesus, Trimakasih sahabatku Dega.

Dari cerita ini, kita dapat mengambil point-point berharga yang dapat kita terapkan dalam kehidupan kita. Kasih adalah hal utama yang diajarkan Tuhan kepada kita. Kita dapat melihatnya pada salah satu Firman yang terambil dalam injil Yohanes 4:16, Kita telah mengenal dan telah percaya akan kasih Allah kepada kita. Allah adalah kasih, dan barangsiapa tetap berada di dalam kasih, ia tetap berada di dalam Allah dan Allah di dalam dia.”  Seperti hal nya Lolita, mungkin kita seringkali melakukan hal yang sama secara tidak sadar dalam kehidupan pertemanan kita. Kita harus saling mengasihi siapapun orang nya, baik itu teman dekat, maupun orang yang membenci kita,seperti yang terambil dalam 1 Yohanes 4:7 “Saudara-saudaraku yang kekasih, marilah kita saling mengasihi, sebab kasih itu berasal dari Allah; dan setiap orang yang mengasihi, lahir dari Allah dan mengenal Allah.”

Karna Tuhan terlebih dulu mengasihi kita dan kita telah mengenal Nya, hendaknya kita bisa belajar hidup menurut printah Tuhan yang utama , yaitu untuk hidup saling mengasihi. Tuhan memberkati kita semua.

Demikian cerita yang bisa saya buat. Pastinya dicerita ini banyak sekali kelasahan, namun dambil positifnya aja deh. wkwkw. moga bisa bantu2 dapet inspirasi.



 

Blogger news

Blogroll

About This Blog

Ini Blog isinya all about cerita karangan Gue. Yup..! Gue..
"Dian Sulistio"

Yahh, beginilah karya sederhana yang bisa gue tulis. Gue cuma mau share apa yang gua bisa aja.

So, just read and comment.. :)